Ridho Akui, Terjun Payung Menyelamatkan Lampung Di PON Bandung

DL/14072019/Bandarlampung

---- Ketua KONI provinsi Lampung, M. Ridho Ficardo mengakui bahwa kontingen Lampung sangat tertolong oleh kehadiran cabang Terjun Payung yang mendulang tiga medali emas di PON 2016 di Jawa Barat.

“Ya memang kita harus akui, bahwa kemarin kami terbantu dengan adanya Terjun Payung dengan 3 medali emas, Namun cabor ini kan sangat sulit untuk kita bina di Lampung, semua sarana prasarananya sangat mahal. Dan itu sampai saat ini hanya teman-teman dari TNI Angkatan Darat yang memilikinya.” Kata Ridho kepada detiklampung.com usai Rapat Anggota Tahunan (RAT) KONI Lampung di hotel Nusantara belum lama ini.

Ini diungkapkan Ridho terkait dengan visinya soal peningkatan prestasi olahraga di Lampung khususnya, bahwa yang ideal adalah bagaimana Lampung banyak memiliki pelatih yang andal dan bertangan dingin.

“Ya kalau saya, ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan pembinaan olahraga itu. Pertama, Sarana dan prasarana, Pelatih dan Atlet, serta Kompetisi yang baik. Ini semuanya kait mengkait. Tetapi poin terpentingnya adalah pelatih. Karena pelatih yang andal biasanya mengerti mana atlet yang bisa diproyeksikan lebih baik, dan mana yang sulit untuk naik prestasi.” Katanya.

Pelatih bisa saja memilih sejak awal atletnya yang layak dan berbakat untuk naik prestasinya. “Contohnya angkat besi dan angkat berat. Lampung punya Imron Rosadi. Beliau ini pelatih dengan intuisi yang luar biasa. Dia bisa memilih mana atlet yang tulangnya kuat untuk terus digembleng, mana yang tidak.” Ridho memberi contoh.

Filosofinya adalah jika memiliki pelatih yang baik, maka akan terus tumbuh pembinaan yang berkesinambungan melalui regenerasi yang kontinyu. “Pelatih boleh tua, tetapi atlet harus terus regenerasi dan terus berprestasi. Itu sebenarnya yang ideal. Pak Imron boleh tua, tapi regenerasi atlet di Pringsewu itu luar biasa. Tidak pernah habis stok atlet muda. Ini karena faktor pelatih,” ujarnya.

Jika perlu, lanjut Ridho, bisa mengambil pelatih dari luar yang benar-benar mumpuni. “Tapi itu juga perlu faktor penunjang lainnya yaitu dana. Kalau di Lampung tidak bisa seperti daerah di pulau Jawa yang punya anggaran olahraga besar,” kata mantan Gubernur Lampung ini.

Kenapa harus memprioritaskan pelatih yang baik baru atletnya. “Secara logika, jika atlet asli binaan kita oleh pelatih manapun, ketika mereka menang di sebuah even nasional atau internasional, yang terima medali atau piala adalah atletnya, bukan pelatihnya. Tapi kalau kita impor atlet, maka piala atau medali itu akan dibawa pergi oleh atlet itu setelah tidak membela Lampung,” ungkapnya.

Memang menurut Ridho selalu ada pengecualian dalam setiap masa. “Seperti soal Terjun Payung itu, memang sebuah pengecualian pada masa tertentu,” tuturnya. (don)